Jumat, 08 Januari 2010

Intip Goreng Buruk Rupa

Beberapa waktu yang lalu, saya mampir ke sebuah tempat pembuatan intip goreng, panganan oleh-oleh khas solo. Panganan yang berbahan dasar dari pasi/ampas nasi (kerak) ini gurih rasanya. Tapi saya lebih suka intip goring yang dilumuri ‘kinco’ (gula merah yang direbus), yang berasa gurih bercampur manis.

Di sebuah gubuk yang terletak persis di dekat lintasan rel kereta api Solo-Purwodadi itulah, setiap harinya Bu Siti (nama samaran), menggoreng tak kurang dari 50 intip per hari. Bahan dasar intip goreng tadi, didapat dengan membelinya per kilo dari pengepul yang kebanyakan berasal dari daerah Boyolali. Kerak nasi ini memang sulit dicari, karena sudah jarang orang yang memasak dengan memakai tungku.
Intip yang sudah digoreng akan berubah warna menjadi kecoklatan (hangus). Kalau dibandingkan dengan intip goreng yang banyak dijual di pasaran, intip yang diproduksi Bu Siti ini bentuknya terlihat agak ‘jelek’. Bentuknya yang tidak simetris serta warnanya yang hangus, memberi kesan awal kepada saya pasti rasa dan harganya lebih murah disbanding intip goreng yang biasa saya beli di sekitar Pasar Klewer, yang bentuknya bundar simetris serta dengan kemasan yang menarik.

Aih, setelah saya menawar harga untuk membelinya, ternyata saya salah besar. Dibalik bentuknya yang ‘jelek’ dan warnanya yang coklat hangus itu ternyata mempunyai rasa yang lebih gurih dan harganya juga lebih mahal dibanding ‘intip pasaran’. Untuk kesekian kalinya saya tertipu oleh tampilan luar sesuatu. Akhirnya, saya membeli tiga bungkus untuk oleh-oleh. Biasanya, intip yang saya beli ‘sepi peminat’, tapi kali ini lain. Langsung habis tiga intip tersebut dalam sehari… ckck kalau hal ini entah intipnya yang enak, atau kawan-kawan saya sedang lapar. hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar