Sabtu, 30 Januari 2010

Ahlu Hijab n Ahlu Syuhud

Pengajian al-hikam KH. M. Jamaluddin 4 Juli 2005
(innama yastauhisyu al-‘ubbadu…)

"...Ahlul hijab akan merasa risau atau nggersah (bahasa jawa) berkumpul bersama manusia, karena merasa manusia ataupun kaum itu justru menghambat untuk bisa wushul dan selalu ingat kepada Allah SWT..."

Orang yang mendekatkan diri kepada Allah untuk bisa wushul kepada-Nya, dibagi menjadi 2:

1.Ahlul hijab: orang2 yang mata hatinya masih belum bisa melihat Allah swt dalam segala sesuatu. Orang memandang dirinya ataupun suatu benda, yang terlihat ya dirinya ataupun benda itu. Orang tersebut masih tertutup ‘penglihatan hatinya’ dari Allah swt.

Ahlul hijab dibagi lagi menjadi 2:
-abid: orang yang mendekatkan diri kepada Allah agar bisa wushul kepada-Nya, dengan jalan memperbanyak ibadah (apapun jenisnya).
-zahid: orang yang mendekatkan diri kepada Allah agar bisa wushul kepada-Nya, dengan jalan tawakkal (pasrah).
Masih khawatir ketika berkumpul dengan kaum ataupun makhluk lain, karena bisa menghambat wushul kepada Allah swt. Missal, ketika dia mendapat uang dia masih khawatir uang tsb bisa jadi akan menggoda dia untuk menjadi sebab lupa kepada Allah swt Contoh lain, ketika berkumpul dengan seorang perempuan, seorang laki-laki akan merasa khawatir ia akan tergoda akan kecantikan wajahnya, dan pada waktu itu ia akan lupa pada Allah meskipun sesaat.

ada 2 tipe zahid:
a.’amah/Umum: tawakal dengan masih melaksanakan sarana/sebab. Sarana diserahkan kepada Allah.
b. khossoh/Khusus: tawakal mutlak,tidak melaksanakan sarana. Kalau Allah sudah berjanji dalam firman-Nya, ya percaya penuh akan ditunaikan janji-Nya. Misal masalah makan, itu sudah dijanjikan dalam al-qur’an (kullu dabbatin…), ya dengan kepasrahan penuh mereka tidak memikirkan lagi hal-hal tersebut. Mutlak waktu hidupnya digunakan untuk menjalankan hal-hal yang memang diperintahkan (ibadah).

kalau dapat undangan walimahan, kita sudah disiapkan dan disediakan makan, tempat dsb. Maka kita datang kesana ‘pasrah’ kepada apa yang sudah disiapkan tuan rumah, cukup dengan berpakaian yang rapi tanpa mesti membawa bekal atau tempat duduk dari rumah. Itu gambaran orang yang tawakal. Sebaliknya, orang yang belum bisa tawakal itu datang kesana berangkat dari rumah dengan membawa makanan (takut tidak diberi hidangan), membawa kursi (takut tidak dapat tempat duduk).

2.Ahlu syuhud: orang yang hatinya bisa melihat Allah swt. Setiap penglihatan yang tampak hanya Allah swt, dia memandang segala benda ataupun sesuatu tak nampak wujud benda itu, namun yang nampak hanya Allah swt.
-al-‘arifu/al-muhib: orang yang bisa melihat dan mencintai kepada allah sampai kepada tujannya. “…Tuhan ada dimana-mana…”.
Kisah ibu yang kena musibah, anak yang dicintai baru saja meninggal karena kecelakaan. Maka setiap saat setelah itu, yang dipikirkan ibu tersebut hanya si anak yang telah meninggalkan dirinya. Melihat sesuatu apapun, tetapi yang ada dalam pikirannya terus membayang si anak tadi. Seperti itulah gambaran orang yang hatinya sudah sampai kepada Allah swt secara mutlak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar