Jumat, 08 Januari 2010

Dunia yang terbolak-balik

Realita kehidupan memberi gambaran kepada kita, bahwa segala trend sesuatu itu begitu mudah berubah. Kemarin saya nonton acara lomba nyanyi anak yang disiarkan oleh stasiun TV swasta. seingatku, lomba nyanyi anak di waktu aku kecil, lagu yang dinyanyikan ya lagunya anak-anak, lagu nasional yang bertema patriotisme, atau lagu daerah setempat yang dimaksudkan agar si anak juga mengenal kebudayaan daerahnya. Tapi kenyataan pada masa kini, para penyanyi cilik yang ikut lomba tadi, menyanyikan lagu-lagu yang bertemakan percintaan, patah hati, dan lain sebagainya. Jauh dari tema ‘lagu anak’.

Pola pikir yang sama (mungkin) juga terjadi pada anak-anak di Indonesia secara umum, adik saya yang masih kelas 5 waktu itu, lebih hafal lagu-lagunya UNGU, WALI, dll daripada lagu abang tukang bakso, gundul-gundul pacul ataupun garuda pancasila. Begitu massifkah pengaruh media yang sehari-hari mereka konsumsi secara bebas, sehingga mereka menjadi dewasa lebih dini.

Lain lagi dengan trend fashion. Model baju belum jadi (saya menyebut demikian), dengan potongan baju atas yang semakin turun dan bawahan yang semakin naik, menjadi ‘pemandangan’ yang sudah umum. Entah itu di TV, di mall, dan di tempat umum lainnya. Entah ini ada kaitannya dengan efek pemanasan global atau apa, sehingga mode buka-bukaan menjadi sesuatu yang lumrah. Kalau dulu wanita-wanita berpakaian minim tadi, hanya saya lihat di film warkop DKI. Sekarang, hampir setiap stasiun TV menawarkan pemandangan yang sama. Tidak cukup itu, mereka juga muncul dalam dunia nyata yang setiap harinya ada di sekitar lingkungan kita.

Meminjam kalimat dari Prie GS, tak ada laki-laki yang tak lemah menghadapi wanita, apalagi wanita canti. Sudah cantik seksi lagi. Sudah seksi ‘minim’ lagi. Sudah minim nantang lagi. Padahal, mereka hanya menantang untuk kemudian lari. Kiamat. Kiamaat!

Melihat wanita itu aku seperti melihat uang hasil rampokan di depan mataku. Aku perlu uang, tetapi takut memkai uang yang bukan hakku. Malangnya, uang-uang yang aku takutkan itu malah selalu mengitari rumahku, menggedor-gedor pintu, dan mengintip di kamar-kamar tidur. Woo, pusing, pussing beraat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar