Selasa, 27 April 2010

Once Upon Time in 'Gerbong Restorasi' (Part 1)


Sudah satu setengah jam Udin dan temannya menanti kedatangan kereta. Semestinya, kereta sudah tiba di Stasiun Jebres, Solo, pukul 18.30, tapi sampai pukul 20.00 kereta api Gaya Baru yang akan mereka naiki, tak kunjung tiba. Sebetulnya mereka bisa berangkat lebih sore, dengan kereta yang berbeda, tapi 'dasar kereta, seperti cuaca g bisa ditebak maunya' katanya. Memang jadwal KA ekonomi di Negeri Kita ini terkenal suka molor, tapi kali ini kok 'tumben' On-Time berangkatnya. :-)

"ting ting ting", terdengar suara lonceng berbunyi, tanda akan datangnya kereta. Dari Jalur 3, nampak dari kejauhan sebuah kereta meluncur mendekati stasiun. Si Udin dan temannya segera bangkit dari lantai tempat mereka duduk dan sudah kepalang bersemangat menantinya, gerbong-gerbongnya satu-persatu melewati mereka, warna kuning-biru, KA Gaya Baru, kereta yang beberapa bulan kemarin turut menjadi 'korban' lemparan batu oleh warga solo, karena membawa massa bonek di dalamnya. Jendela kaca yang pecah, tampaknya sudah diperbaiki lagi.

Segera setelah menaiki salah satu gerbong, keduanya terus berjalan ke gerbong belakang untuk mencari tempat duduk. Namun pekerjaan itu sepertinya sia-sia saja, karena semua kursi sudah terisi penuh oleh penumpang. Sampai akhirnya keduanya sampai di gerbong restorasi, yang menjadi semacam 'warung makan' di dalam KA. Sambil terus mencari kursi kosong, Si Udin melihat beberapa petugas terlihat sedang sibuk memasak di dapur, menunya nasi goreng dengan lauk ayam atau telur goreng.

"Aha, akhirnya ada juga kursi kosong, dua pula, lumayan untuk perjalanan lima jam nanti." Kata Si Udin. Baru saja ia menaruh tas, dan belum sempat duduk di kursi, ia ditegur oleh salah seorang kondektur,

"Mas mau duduk ya" Tanya Kondektur itu

"Iya pak" Jawab Udin singkat, sementara temannya sudah dalam posisi PW di kursinya,

"Gini mas, kalau mau duduk di kursi ini boleh2 aja, tapi mesti bayar 20 ribu" Kata si Kondektur

Masih dengan posisi berdiri ia menjawab tawaran kondektur itu, "Loh pak, Saya kan dah beli tiket. kenapa saya mesti membayar lagi untuk bisa duduk di sini, Lagian saya juga turunnya di Purwokerto pak, saya ndak ngerti pak"

"Saya kasih tau ya mas, iitu sudah biasa, kalau mas mau ya silahkan bayar, kalau ndak ya silahkan nyari kursi di gerbong lain"

"Ndak mau pak, saya dah beli tiket, saya punya hak untuk dapat tempat duduk kalau ada yang masih kosong" Udin menjawabnya dengan nada ngotot juga.

Pembicaraan tersebut sesaat terhenti, karena kedatangan atasan sang kondektur yang duduk tepat di depan kursi tempat Udin berdiri. Dia yang masih berdiri, diam seribu bahasa penuh tanda tanya. Sampai di stasiun Lempuyangan Jogja kereta berhenti, atasan tadi turun karena tugasnya memang hanya mencatat perjalanan dari Surabaya-Jogja.

Bersambung.... :-) Part 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar