Kamis, 08 April 2010

Oleh-oleh Dari Lawu


Lawu adalah gunung kedua yang aku daki, setelah sebelumnya, Slamet pada awal tahun 2007 silam. Perjalanan melelahkan ini dimulai dari Basecamp 'Cemoro Kandang', Jawa Tengah, tepat pukul 19.30. Cuaca cerah memudahkan perjalanan kamii untuk bisa mencapai dari satu pos ke pos lainnya, dan akhirnya setelah menempuh perjalanan (plus istirahat) selama kurang lebih 15 jam, kami sampai juga di pucak (3265 mpdl). Sejenak, hilang semua perasaan capek dan kesal. Kalau biasanya saya memandang puncak ini dari bawah, kali ini saya situasinya terbalik, saya bisa melihat pemandangan 'alam bawah' sana dari puncak.

Pemandangan yang tergambar bak lukisan hidup, deretan pohon berkumpul menjadi satu dan tergambar dalam padang hijau, pun sedikit tertutup kabut, gunung-gunung di seberang sana tampak kokoh berdiri. Psangan Merapi-Merbabu, Slamet yang tertinggi di Jawa Tengah. Dari atas sini, manusia bak mikroba yang tak terlihat oleh kasat mata. Bahkan bangunan rumah, gedung-gedung terlihat kecil, kecil sekali. Lalu bagaimana kita masih bisa menyombongkan diri dengan segala kekerdilan kita?

Ada banyak pelajaran yang bisa saya petik dari memanjat dan menuruni gunung, terutama kesabaran dan ketahanan kita benar-benar diuji disana. Langkah demi langkah, setapak demi setapak kami lewati, sebuah proses yang panjang dan melelahkan namun pada akhirnya akan mengantarkan kita pada sebuah tujuan, yakni puncak. untuk mencapai itu kita perlu mendaki bebatuan, melewati tebing yang curam, melintasi rimbunan semak belukar, tak cukup itu kita juga harus tahu arah, sebab banyak pula orang yang tahu tujuan tetapi tersesat gara-gara kehilangan arah bahakan mesti masuk jurang.

Kita juga dituntut untuk selalu fokus dan berpikir cepat, dengan medan bebatuan, kita mesti pintar memilih batu mana yang akan kita jadikan pijakan untuk menapaki batu selanjutnya. Kerja sama, kekompakan, dan kasih sayang dalam tim mutlak dibutuhkan, sebab apabila ada satu orang saja yang mengalami hambatan, maka ia kan menjadi hambatan yang lain untuk bisa sampai dengan lebih cepat.

Namun pelajaran yang tak kalah penting dari pendakian kemarin adalah bagaimana agar kita bisa tetap menjaga harapan, kita mesti selalu yakin bahwa di atas ada puncak dan di bawah pasti ada akhirnya. Harapan itulah yang akan membuat kita slalu merasa bersemangat dalam menapaki perjalanan panjang, pun dalam kehidupan nyata kita. Orang yang tak lagi memiliki harapan, sejatinya dia telah mati meskipun dia masih hidup.

Akhirnya dengan berat hati kami mesti segera turun, meskipun baru beberapa jam saja kami sampai di puncak dengan segenap perjuangan, karena kami tak mungkin singgah di sana selamanya, begitu juga hidup kita tidak akan berhenti pada satu fase dan pasti akan selalu berlanjut ke fase yang lain. Untuk itu kami mesti mempersiapkan bekal, mampir dulu di sebuah warung yang ada di dekat gunung. Di mana-mana (selalu saja) ada tempat untuk mengais rejeki. Saya juga heran bagaimana si Ibu membawa barang dagangannya ke atas dengan medan seberat itu.

Kami sampai di Base Camp 'Cemoro Sewu', Jawa Timur, (lokasinya tak jauh dari Base Camp awal kami naik.) tepat saat adzan maghrib berkumandang. dengan melintasi gelapnya ladang dan hutan cemara, alhamdulillah 8 orang yang tergabung dalam d'oyo expedition sampai dengan selamat.

Berawal dari Cemoro Kandang
Puncak Lawu kami taklukkan meskipun banyak rintangan menghadang
Dengan diiringi bait 'menentang kemenangan dengan pedang''
Setiap jengkal pemandangan itu akan selalu aku kenang

(2-3 April 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar