Jumat, 26 November 2010

Beribu Jalan ke Makkah-Bukan Kisah TKW Loh Yo (Part1)

Hari sudah semakin sore, namun uang yang dikantonginya baru Rp. 14.000. Pak Andi yang sudah menarik becak sedari pagi, memutuskan untuk segera pulang.

”lumayan, cukup untuk jatah makan malam,” ucapnya lirih, sembari mengayuh becaknya melewati perempatan jalan.

Baru beberapa meter ia berjalan, berseru kumandang adzan maghrib dari masjid Agung, tapi tetap tak menyurutkan laju becaknya untuk pulang ke rumah.

Dari dalam rumah, terdengar suara kedua anaknya, Tini dan Ahmad, sedang mengaji bersama Tuminah, istrinya. Sambil menidurkan Dani, anaknya yang masih bayi, Tuminah mengajari anaknya membaca huruf hijaiyah.

”alif fathah a, alif kasroh u,” Tini membacanya dengan keras

”Coba ulangi lagi ndhuk, alif kasroh?” tanya Tuminah mencoba membetulkan bacaan anaknya.

”U, eh I” jawab Tini, sambil menudingkan seutas lidi ke arah tulisan yang sedang dibacanya.

Pak Andi masuk mengucapkan salam, dan langsung bergegas ke belakang. Istri dan anak-anaknya biasa berkumpul bersama setiap waktu setelah senja. Tak ada hiburan televisi atau radio di rumahnya. Istrinya meskipun tak pernah tamat SMP, tapi pernah nyantri lima tahun di salah satu pondok pesantren di daerah Jawa Timur. Makanya, ia sendiri yang mengajari anaknya belajar mengaji, ditambah dengan kondisi ketidakmampuan untuk memasukkan anaknya ke TPA.

”Ini Rp. 14.000 bu, yang Rp. 12.000 silahkan kamu pakai untuk kebutuhan besok, sisanya Rp. 2000, seperti biasa, disimpan untuk tabungan haji kita” Kata Pak Andi

Nggih, pak”

Sejak tahun ketiga menikah, Pak Andi memiliki sebuah tekad yang kuat untuk bisa berangkat haji. Niatan yang sungguh tak masuk akal bagi orang awam, melihat pekerjaan Pak Andi yang hanya seorang tukang becak, dan istrinya, buruh cuci pakaian. Namun tidak bagi keduanya, mereka meyakini bahwa segala sesuatu apalagi yang menyangkut kewajiban, harus dilaksanakan, dan tidak hanya sebatas angan-angan ataupun niat belaka, tapi harus ditunjukkan dengan tindakan yang nyata, ya mengumpulkan uang Rp.2000 per harinya.

Penting niate sing ikhlas bu,” pesannya sebelum keduanya tertidur.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar