Selasa, 15 Desember 2009

tukang parkir naik haji


Ada sebuah kisah (nyata) menarik dan (mungkin) patut menjadi renungan bagi kita semua, yang saya dapatkan sewaktu silaturahmi kepada seorang dosen. Kebetulan, kakak beliau yang beberapa hari sebelumnya baru saja pulang haji juga ikut menemani kami ngobrol. Beliau kemudian bercerita tentang kisah perjalanan hajinya, dan yang menarik justru ketika di mengemukakan alasan ketika beliau hendak berhaji.

Sebelumnya, yang beliau ketahui, haji hanya wajib bagi mereka yang ‘mampu’ (baik secara kesehatan/kondisi tubuh, ongkos, dll) dan untuk mampu secara ‘ongkos’ pada awalnya, beliau (dan mungkin kita semua) juga berpikiran bahwa hanya mereka yang ‘kaya’ lah yang bisa dikategorikan ‘mampu’ secara ongkos. Memang ada benarnya, tapi ketika beliau mendapati kenyataan beliau mengerutkan kening, seorang tukang parkir yang rela menabung atau bisa dikatakan menyisihkan penghasilannya yang mungkin setiap harinya (sekarang) kurang lebihhanya Rp. 5000 untuk digunakan sebagai ongkos haji!!! Dan itu sudah berlangsung sejak tahun 1990-an sampai sekarang.

Ya Allah… kalau kita berhitung, berapa ribu uang yang bisa ia sisihkan dari pendapatannya, bila dibandingkan kita (mungkin), yang mungkin lebih besar dari tukang parkir tadi. Tapi disitulah kebesaran Allah, ada niat ada jalan, mungkin ending-nya hampir sama dengan tukang becak, atau pemulung yang akhirnya bisa naik haji. Tapi lihatlah bagaimana usaha yang dilakukan tukang parkir tersebut.

Kalau kita mau merenung, berapa uang yang kita habiskan sehari-hari, entah itu untuk beli rokok? (bagi yang merokok), pakaian atau sepatu baru? Mobil atau cicilan motor? Kita begitu rela menabung untuk mendapatkan semua itu. Apakah panggilan Allah kepada kita… labbaik allhumma labbaik… bahkan sejak beribu tahun lalu, kita abaikan begitu saja. Seperti orang yang mau sholat, tapi dia tidak mau berwudhu. Bagaimana orang bisa ‘mampu’ untuk berhaji, kalau tidak ada usaha untuk menabung (dari sekarang). Jadi, ayo kita mulai dari sekarang (tidak ada kata terlambat) untuk mewujudkannya, usaha dan tawakkal, perkara usaha kita akhirnya berakhir (entah karena ajal telah mendahului usaha kita), kita pasrahkan pada Allah semata, yang penting ada usaha dulu dari kita, entah sekecil apapun usaha itu, Ayo, kita mulai dari sekarang!!! ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar