Minggu, 08 November 2009

Banyak Cara Memuliakan Bangsa

81 tahun silam, pemuda-pemudi dari berbagai penjuru daerah Indonesia (ketika itu lebih dikenal dengan nama Hindia Belanda) berkumpul di Jakarta dalam sebuah kongres pemuda. Dari pertemuan itu melahirkan pemikiran perjuangan yang berlandaskan pada persatuan dan kesatuan nusa, bangsa, dan bahasa yakni Indonesia.
Peristiwa tersebut menjadi momen perjuangan kemerdekaan yang bersifat nasional, dari sebelumnya yang hanya bersifat kedaerahan, sekaligus mempertegas peranan para pemuda dalam sejarah terbentuknya bangsa dan negara Indonesia ini. Tokoh-tokoh kongres itu; Soekarno, Hatta, Yamin, Sjahrir dan yang lainnya, kelak menjadi motor penggerak bangsa.
Para pemuda tersebut yang kemudian juga menjadi tokoh inspirasi pemuda generasi sesudah mereka. Tercatat berbagai peristiwa sejarah serta perubahan yang terjadi di negeri kita tak lepas dari peran para pemuda. Mulai dari perjuangan meraih kemerdekaan sampai era reformasi, yang masing-masing memiliki kisah dan ‘tokoh pahlawan’ tersendiri dari golongan pemuda.

Dengan situasi dan kondisi yang berbeda antar generasi, tentunya tantangan yang mereka hadapi pun berbeda. Bisa jadi apa yang menjadi tantangan Soekarno dkk pada era kolonialisme, akan berbeda dengan tantangan yang dihadapi para mahasiswa saat turun jalan, dengan tuntutan reformasi. Meskipun mereka sama-sama memperjuangkan keadilan dan melawan musuh yang sama yakni penindasan.

Tantangan yang berbeda tiap zamannya, membuat para pemuda mesti siap merespon segala perubahan yang terjadi di sekitarnya. Banyaknya tantangan mulai dari masalah pengangguran yang kebanyakan adalah para pemuda, hingga krisis moral sebagian pemuda kita, menuntut generasi muda sekarang untuk bekerja ekstra keras dalam menjawab segala tantangan yang ada.

Yang Muda Yang Berkarya!!!
Masalah yang begitu kompleks, membutuhkan solusi yang komplit juga. Hal ini memerlukan kerjasama antar pihak, pun dari para pemuda. Upaya ini tidak bisa kita serahkan pada pemerintah, militer, sipil ataupun pihak lain secara parsial. Namun hendaknya secara bersama, memberikan kontribusi berdasarkan posisi masing-masing.
Berkontribusi entah itu di dalam sistem atau di luar sistem, begitu istilahnya, sama-sama penting. Keduanya memainkan peran yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama, yakni membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Artinya banyak pilihan bagi kita untuk berbuat baik dan menebar manfaat, entah itu dengan mencurahkan pikiran maupun tenaga. Tugas yang sama juga diemban para pemuda. Sedikit berat bagi mereka, karena ditengah proses pembentukan karakter dan proses pembelajaran hidup, mereka juga dituntut untuk bisa memberikan sumbangsih dan kontribusinya kepada masyarakat.
Tentu menjadi berat dan sulit, bila kita melihat kenyataan kondisi sebagian besar pemuda kita, yang berorientasi pada gaya hidup hedonistik, sangat jauh dengan apa yang telah dilakukan oleh Soekarno, Hatta di masa muda mereka. Para tokoh itu sebenarnya memberi inspirasi kepada generasi muda sesudah mereka, bahwa masa muda bukanlah hambatan untuk bisa menggabungkan antara masa’ belajar’ dan’ beramal‘.

Banyak cara bagi kita untuk bisa memuliakan bangsa ini, tanpa harus menunggu usia tua kita. Sebab ketuaan sebenarnya bukan hanya diukur pada usia, tetapi juga pada pengalaman hidup yang telah kita peroleh dan seberapa besar manfaat yang telah kita berikan kepada orang lain. Penting bagi kita untuk kembali merefleksikan peristiwa sumpah pemuda, disamping sebagai momen untuk mempererat persatuan bangsa, juga bisa menjadi sumber inspirasi bagi para pemuda agar semakin semangat dalam berkarya.
Terakhir, entah ini masih nyambung atau tidak. Saya ingat, ketika saya masih kecil orang tua saya selalu berpesan, agar kelak saya menjadi orang yang berguna bagi nusa, agama, dan bangsa. Pesan tersebut saya rasa juga diamanatkan semua orang tua kepada anaknya. Pertanyaannya adalah, masihkah kita ingat akan pesan itu? Dan sudahkah kita melaksanakannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar