Senin, 20 Juli 2009

Terorisme

Entah ada hubungannya atau tidak dengan kedatangan Manchester United ke Jakarta, yang pasti teror bom beberapa waktu yang lalu kembali mencoreng muka bangsa Indonesia. Sebagian pihak bahkan kembali mengkaitkan aksi ini dengan aksi jihad. pemaknaan jihad yang keliru pada akhirnya juga ikut mencoreng citra agama islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin.
Aksi terorisme ini sebenarnya berawal dari suatu ketakutan semu. Kegentaran atau ketakutan merupakan perasaan inferior sehingga dapat diciptakan atau dengan jalan menakut-nakuti maka akan timbul ketakutan, yang akan menjauhi sesuatu, sehingga timbul suatu sikap negatif atau kebencian. Hal ini pada masa sebelum Masehi telah dimanipulasikan dalam menciptakan pertentangan Kekaisaran Caesar dan Augustus oleh Cicero. Manipulasi oleh Cicero telah dibayar dengan mahal, yaitu Cicero akhirnya harus menjalani hukuman gantung sampai mati sehingga dia terkena bumerang pernyataannya, yaitu: “Ciptakan ketakutan meskipun harus menimbulkan kebencian” (ode rint dum metuant).
Sejarah perang dan persengketaan mencatat peristiwa spektakuler untuk menciptakan ketakutan meskipun harus dengan menimbulkan kebencian yang dilakukan oleh teroris psikopat. Bagi teroris tidak menjadi masalah bahwa yang dikorbankan adalah orang-orang yang tidak berdosa sebab yang penting adalah menimbulkan ketakutan untuk memaksakan kehendaknya (blackmail). Menurut Freud, pada setiap makhluk hidup, termasuk manusia, ada naluri penghancuran, dan karena itu teroris pun akhirnya ikut membunuh diri sendiri (bersama yang disanderanya) sambil meninggalkan ketakutan di dalam masyarakat.
Turut berduka untuk korban bom di Jakarta dan korban-korban tak bersalah lainnya di segenap penjuru dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar