Minggu, 11 Oktober 2009

Ironi PKL : Penyumbang Terbesar Pelayanan Minim


Pedagang Kaki Lima atau PKL sering dipandang sebelah mata oleh beberapa kalangan, akan tetapi sektor PKL ini menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Surakarta sebesar 18,5 Milyar per tahun dan sumbangan dari PKL ini jauh lebih besar dari yang disumbangkan oleh hotel-hotel di Surakarta, begitulah data yang dipaparkan dalam Regular Meeting, Minggu (11\10) di Hotel Riyadi Palace yang dilaksanakan oleh Pusat Telaah Informasi Regional (PATTIRO) Surakarta yang dihadiri oleh beberapa kalangan antara lain warga NU dan beberapa Ormas lain. Keberadaan PKL di Kota Surakarta memang sangat memprihatinkan karena dari besaran sumbangan yang mereka berikan kepada PAD, PKL hanya mendapatkan 1% dari belanja APBD. Selain itu kurangnya perhatian pemerintah terhadap sektor informal ini juga mendapatkan sorotan dari para peserta diskusi, pemerintah selama ini hanya memperhatikan PKL dari aspek fisik saja seperti adanya relokasi dan pembuatan shelter-shelter namun dalam hal managerial dan pengelolaannya dinilai sangat kurang.
Dalam hal ini optimalisai Perda (Peraturan Daerah) Kota Surakarta No.3 Tahun 2008 juga perlu, karena Perda ini sangat berpengaruh terhadap sektor PKL. Dari diskusi ini juga diambil beberapa keputusan tentang upaya mendorong sektor PKL agar tidak selalu terpinggirkan. Antara lain membuat peta persebaran PKL yang bertujuan untuk mengetahui potensi-potensi dan pertumbuhan PKL. Serta supaya Pemerintah Kota dapat mengetahui apa yang sebenarnya yang dibutuhkan PKL agar usahanya dapat maju. pkl-surakarta
Hal tersebut muncul dikarenakan Pemerintah Kota Surakarta hanya terkonsentrasi pada PKL pada jalan-jalan utama seperti pada jalan Slamet Riyadi yang menjadi muka kota Surakarta. Potensi yang ada pada PKL jika dikemas secara menarik dapat dijadikan sebagai potensi ekonomi maupun potensi wisata. Dalam mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya promosi yang tepat, namun sebelum itu perlu adanya penataan secara menyeluruh terhadap PKL baik itu dari aspek fisik maupun manajemen. “Seperti Malioboro di kota Yogyakarta kita dapat meniru mereka dalam hal penataan PKL, dimana PKL disana dijadikan obyek wisata yang dapat menarik minat wisatawan” begitu dikatakan oleh Putri Usmawati selaku pendamping dalam acara ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar