Selasa, 30 Maret 2010

Diskusi Bersama Cawali Kota Surakarta 2010

Hari ini PMII Solo mendapat undangan diskusi dengan salah satu Cawali Kota Surakarta 2010 yang bertandang ke kantor PATTIRO Solo, yang dalam (hal ini mungkin) dimaksudkan dalam rangka safari politiknya menjelang Pemilukada Kota Surakarta 2010. Turut hadir FKKB (Becak), FKKP (Posyandu) dan Fosminsa yang semuanya merupakan instansi independen, dan tidak menyatakan mendukung satu calon manapun.

Dalam diskusi tersebut, masing-masing dari instansi yang diundang menyampaikan unek-uneknya kepada Cawali, kemudian 'grenengan' tentang kondisi aktual dan ke depan Kota Surakarta.

Dari FKKB, mengeluhkan eksistensi tukang becak yang sring kena gusur tapi tidak mendapatkan solusi yang jelas, yang menurut mereka berbeda dengan PKL yang meskipun tergusur tapi tetap mendapat ganti tempat.

FKKP, menyuarakan keprihatinan mereka terhadap perhatian Pemkot dalam menangani kasus-kasus Kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan kelahiran dan kesehatan ibu-anak.

Fosminsa (Forum Studi Warga NU Surakarta), mengetengahkan perlunya optimalisasi keberadaan Pesantren di Kota Surakarta, untuk mendinamiskan Kota Solo yang berbudaya sekaligus religius, serta penyikapan pesantren di Solo yang dicitrakan sebagai sarang teroris. usul lain yakni perlu adanya sinergitas pihak keraton dengan acara-acara islami (Jamuro, Sema'an Qur'an dsb)

Dalam bidang Ekonomi, Fosminsa juga mempertanyakan Perwali dari Perda terbaru penataan PKL, Perda No. 3 Tahun 2008, yang belum juga disahkan perwalinya. padahal itu penting, guna kejelasan payung hukum PKL dan jaminan pekerjaan mereka

PMII, dalam konteksnya sebagai OKP, mengingatkan kembali urgensi pengenbangan generasi muda serta perhatian dari Pemkot untuk itu, semisal diwujudkan melalui anggaran untuk pengembangan generasi muda/ormas kepemudaan.

Pattiro Solo, tetap mengedapnkan pada masalah pendidikan anggaran untuk masyarakat serta transparansi anggaran Kota Surakarta.

Acara berakhir pada pukul 13.30.... Semoga bermanfaat dan membawa perubahan yang lebih baik. nama Cawali sengaja saya rahasiakan, biar tidak kelihatan dukung mendukung hehe

Minggu, 28 Maret 2010

Kalau Bisa Bersama, Kenapa Harus Sendiri


Perlahan rintik hujan mulai berhenti, semakin menambah kesunyian malam. kawan dari GMKI selaku tuan rumah, mulai membuka forum. Dia mencoba memaparkan tujuan dikumpulkannya kami semua pada malam ini. tampak hadir perwakilan dari HMI, PMKRI, KAMMI dan Saya beserta sahabat Dalhar dari PMII. Agenda utama dari pertemuan kali ini, adalah kemungkinan untuk membentuk kembali sebuah gerakan bersama antar-OKP-Mahasiwa di Surakarta yang lebih terstuktur (sebelum ini sering ada forum/aliansi antar-OKP, namun lebih bersifat reaksioner/hanya muncul ketika ada momentum, selanjutnya bubar).

Tercatat dulu pernah ada forum serupa di Kota Solo yakni FKPI Solo yang dideklarasikan oleh PMII, GMNI, GMKI, dan PMKRI pada tanggal 13 Juli 1997. Forum ini sempat berjalan beberapa saat, namun akhirnya dalam perjalanan dan pergerakannya forum ini sedikit mandek. Hal ini mungkin dikarenakan, proses regenerasi di tubuh masing-masing organisasi mengalami kemunduran, yang berdampak pada persoalan internal. dampaknya, lahan eksternal pun menjadi terbengkelai, pun dengan forum ini akhirnya menjadi tidak optimal pergerakannya.

Akhirnya di akhir pertemuan malam ini, disepakati beberapa poin penting, yakni, pertama, perlu adanya pembentukan kembali forum bersama antar OKP-Mahasiswa Solo guna mensinergiskan gerakan mahasiswa. Hal ini bukan berarti pola gerakan harus sama, tetapi minimal ada fokus isu tertentu yang bisa digarap bersama. Kedua, mencoba menggagas format gerakan bersama yang lebih terstruktur dan jangka panjang, tidak hanya reaksioner. (terinspirasi Kelompok Cipayung dan FKPI Solo).

Dalam forum ini Kami juga berusaha untuk mengajak segala elemen mahasiswa untuk bisa ikut bergabung di dalamya. GMNI, IMM, GP (dan yang belum saya sebutkan) ayo gabung hehe yg laen juga kalo minat ayo podo gabung... makin banyak, semoga makin kuat (dengan catatan mesti solid, yah meskipun susah, pasti) :-) Kalau Bisa Bersama, Kenapa Harus Sendiri!!!

(bersambung)

Sabtu, 27 Maret 2010

16 Juta... 200 Juta!!!

hari ini (27/3) merupakan puncak dari forum Musrenbangkot (Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan Kota) Kota Surakarta 2009-2011, yang sebelumnya melalui proses dari bawah yakni Musrenbangkel (Kelurahan), Musrenbangcamt (Kecamatan), dan terakhir di tingkatan Kota.

Tahun ini, untuk pertama kalinya PMII Kota Surakarta bisa ikut andil di dalamnya tanpa melalui proses sejak awal di tingkat kelurahan, beberapa bulan yang lalu saya, yang kebetulan mewakiliki dari PMII, langsung mengikuti dari proses pertemuan dengan SKPD (satuan kerja perangkat daerah), guna memberikan usulan untuk kegiatan yang bisa diikutsertakan dengan beberapa SKPD.

Pada waktu itu, dengan ilmu yang masih dangkal mengenai proses pembuatan usulan dsb, dari PMII hanya mengusulkan konsep rumah pintar (terinspirasi rumah pintar di Malang) yang anggarannya tidak jelas karena saya kesulitan untuk mengestimasi biayanya, dan pemberdayaan ketrampilan masyarakat lewat pelatihan kesenian rebana, yang saya anggarkan Rp. 8 juta untuk paket programnya.

alhamdulillah pada proses akhir Musrenbangkot, usulan kami mengenai pelatihan rebana diterima, dan yang lebih menggembirakan, anggaran yang ada justru menjadi bertambah 2x lipat dari 8 juta menjadi 16 juta. sedangkan untuk usulan program pemberdayaan dari Fosminsa (Forum Studi Warga NU Surakarta), konon mendapat anggaran 200 jutaan, wallhu a'lam semua itu nantinya bisa 'cair' semua atau gak. semoga saja bisa keluar, dan dengan uang 'sebanyak' itu mungkin saja malah membuat bingung teman2 untuk merealisasikan program (baca-menghabiskan uang) :-)

yang lebih menggembirakan bagi saya adalah, advokasi dan pendidikan anggaran dari warga NU Solo dan sahabat/i di PMII, sudah menampakkan adanya kemajuan, meskipun untuk pengelolaan dan prosesnya masih banyak mengalami kesulitan. Semoga ke depan bisa lebih baik lagi...

Said Aqil Siraj Ketum PBNU 2010-2015


Makassar– Gema takbir “Allahu Akbar” dan “shalawat badar” sambut kemenangan KH Said Aqil Siraj sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2015, mengalahkan Slamet Efendi Yusuf.

KH Said Aqil Siraj terpilih sebagai Ketua Umum PBNU dengan jumlah 294 suara mengalahkan Slamet Efendi Yusuf yang hanya meraih 201 suara.

Pemilihan Ketua umum PBNU pada Muktamar ke-32 NU berlangsung aman dan tertib di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sabtu malam (27/3).

Dari 504 jumlah kertas suara yang dibagikan kepada peserta sidang pleno pemilihan Ketua Umum PBNU, hanya 495 yang menggunakan hak pilihnya.

Pada proses perhitungan suara tahap II, peserta yang berada dalam ruangan berangsur berkurang, hanya sekitar sepertiga dari kapasitas ruangan 500 orang lebih yang tetap berada di ruangan tersebut karena sebagian besar keluar ruangan untuk shalat dan makan malam, setelah terlebih dahulu memberikan hak suaranya.

Sementara dua calon ketua umum PBNU yakni Said Aqil Siraj dan Slamet Efendi Yusuf tetap berada di ruangan menyaksikan proses penghitungan suara. Selama pemilihan, peserta Muktamar yang tidak memiliki hak suara, tidak diperkenankan masuk ruangan sidang pleno, namun pihak panitia menyiapkan ratusan kursi dan beberapa monitor TV untuk menyaksikan proses pemilihan tersebut.

Proses perhitungan suara sempat terhenti ketika angka raihan Said Aqil Siraj dipastikan menang, pada hitungan surat suara 300-an Slamet Efendi Yusuf mendekati Aqil Siraj lalu memeluknya pertanda legowo Aqil menang.

ant/rif

Selasa, 23 Maret 2010

Ngaji Isuk Sore Aman, Ngaji Sore Isuk Aman

tadi pagi sidang dewan santri PP. Nurul Musthofa (yang dulu bernama al-ma'ruf), telah mengetok beberapa keputusan penting terkait program pesantren ke depannya. poin penting yang diambil adalah, sebuah terobosan baru, yakni program ngaji 'shift2an', dimana santri bebas milih mau mengaji sore ato pagi, monggo.. yang penting sehari mesti ngaji... yang lainnya ada rencana akan dibuka program kajian untuk santri putri.. ayo siapa yang berminat? biar kita tambah semangat? haha

Sabtu, 20 Maret 2010

BAB Enam

"Tak ada susahnya, menganggur sebentar kemudian meneruskan kembali ke arah tujuan, yang susah itu bila menganggur dan tidak punya tujuan...."

tak terasa tulisan 'calon buku' sudah sampai BAB VI, haha bahkan melebihi 'kewajibanku' yang baru BAB... laz, ada kenikmatan tersendiri ketika memandang bab per bab, halaman per halaman, kalimat demi kalimat, kata demi kata, huruf...... titik, koma mantap!!!

semoga bisa dicetak, lebih lagi bisa laku terjual, lebih laku bisa best seller, lebih lagi......... hehe
semoga!

Rabu, 17 Maret 2010

Pemkot Raih Penghargaan Social Entrepreneurship

Rabu, 17/03/2010 09:00 WIB - Joglosemar

BALAIKOTA—Pemerintah Kota (Pemkot) Solo berhasil menyabet penghargaan Indonesia Social Entrepreneurship 2010 dari Majalah SWA Sembada. Keberhasilan Pemkot untuk menata Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pasar tradisional, dinilai mampu mengatasi problem sosial yang ada di masyarakat.

Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Budi Suharto mengatakan, meskipun Pemkot sukses menata para PKL dan memberikan mereka tempat yang layak di pasar, tetapi langkah tersebut juga harus diimbangi dengan penguatan mental masyarakat. Karena hingga saat ini masih ditemukan para pedagang yang menjual kios yang telah disediakan Pemkot.

“Kami masih memiliki PR (pekerjaan rumah) besar. Bagaimana agar mental masyarakat pedagang kaki lima untuk memanfaatkan sebaik-baiknya fasilitas dari Pemkot. Memanfaatkan semaksimal mungkin, bukan menjual kios yang telah disediakan oleh Pemkot,” ujar dia.

Selama ini, Budi menyebutkan, Pemkot telah melakukan berbagai upaya formal untuk menanggulangi praktik jual beli kios. Upaya itu di antaranya dengan surat perjanjian penempatan. Tetapi sering kali dilanggar para pedagang.

Di sisi lain, Pemkot telah menyediakan sepuluh kantong yang menampung para PKL, yang telah ditertibkan. Budi mengatakan, hal ini sebenarnya merupakan langkah dari Pemkot untuk memberdayakan masyarakat. “PKL yang sebelumnya tidak teratur tempatnya, kita bantu dengan memberikan tempat di pasar, tidak langsung digusur tetapi menambah jumlah pengangguran,” papar dia.

Ia menambahkan, keberhasilan otonomi daerah tidak hanya diukur dengan Penghasilan Asli Daerah (PAD), tetapi bagaimana bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Solo, Eny Tiyasni Susana menjelaskan, Rabu (10/3) lalu, dirinya mewakili Pemkot Solo menerima penghargaan di bidang entrepreneurship tersebut. “Penghargaan di bidang entrepreunership ini untuk Kota Solo memang baru pertama kali,” ungkap dia (dya)