Sabtu, 16 Mei 2009

RinduCinta

RINDU dan CINTA,,, keduanya cuma t'diri dari 5 huruf...tapi butuh beribu huruf dan kata untuk mendeskripsikan makna keduanya.


RINDU dan CINTA,,, bila diramu mampu menjadi anggur yang paling memabukkan...

membuat kita rela menjalani sesuatu tanpa pamrih,
kita rela wajah kita mencium lantai sekalipun,
menahan lapar dan dahaga,
mengorbankan sesuatu yang kita cintai,
menempuh perjalanan beribu kilo,

hanya untuk menuntaskan dua hal,
RINDU dan CINTA,,

capres...

andaikan ada pasangan "Capres" Tukul-BudiAnduk, pasti akan "laku".. cz masyarakat sekarang emg lebih butuh lelucon sbgai obat anti susah, daripada janji-janji palsu!!! apalagi Nambah utang!!!

Jumat, 15 Mei 2009

Mewujudkan Demokrasi dalam Bingkai Pergerakan Mahasiswa

Demokrasi, sebuah kata yang menunjuk pada keperkasaan rakyat, karena memiliki kekuasaan untuk mengatur kehidupan negara berdasarkan kedaulatan yang dimilikinya, telah puluhan tahun kehilangan makna di Indonesia. selama orde baru demokrasi tidak hanya mengalami reduksi makna, melainkan telah jungkir balik dari arti yang sebenarnya dan malah dipakai untuk menghalalkan praktik-praktik politik yang represif dan menindas rakyat.

Menyelenggarakan sistem yang demokratis tidak mudah, dan bahkan tidak semua negara yang mengalami masa transisi berhasil mencapai konsolidasi demokrasi. membangun demokrasi tidak sekedar hanya mengandalkan aturan formal saja. Alam demokrasi memerlukan masyarakat yang mampu menerapkan nilai-nilai demokratis seperti toleransi, kesetaraan, membangun konsesus, mengelola konflik, dan lain sebagainya.

Setelah lebih dari satu dekade menjalani satu masa liberalisasi politik, perjalanan demokratisasi di Indonesia belum menunjukkan perkembangan yang ideal. Reformasi yang bergulir sejak 1998 ternyata tidak serta merta mendorong terjadinya transformasi demokrasi di Indonesia. Beberapa prasyarat transformasi demokrasi belum terpenuhi dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Di antara beberapa prasyarat demokrasi itu adalah terwujudnya kebebasan, kesetaraan dan perlindungan terhadap hak hak manusia.

Dalam kenyataannya, pelbagai kasus yang menghambat kehidupan ke arah yang lebih demokratis kerapkali terjadi. Berbagai pelanggaran HAM, misalnya, penggusuran yang semena-mena, dan pengusiran, begitu telanjang dan intens. Pascareformasi kita memang mencatat ada beberapa pencapaian yang cukup signifikan. Di antaranya adalah terwujudnya kebebasan pers, terbentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pencabutan dwifungsi ABRI, sistem multipartai, pilkada, dll. Namun, semua itu masih berkutat pada dimensi yang prosedural dan seremonial belaka. Sementara pada dimensi yang lebih substansial, seperti kedaulatan rakyat, kesetaraan, toleransi, dan keadilan, masih jauh dari yang dicita-citakan.

Alih-alih menghasilkan demokrasi seperti yang diangankan selama ini, wacana dan praksis demokrasi di Indonesia cenderung berkembangdengan suatu sistem yang ciri, pola, logika dan dinamika mendasarrnya dibentuk dan dijalankan oleh politik uang dan kekerasan. Tak ayal, jika kemudian kita melihat munculnya gejala tirani minoritas dimana panggung politik kita didominasi segelintir elite, baik pada tingkatan pusat maupun daerah. Inilah yang menjelaskan mengapa praktik desentralisasi atau otonomi daerah yang seharusnya menciptakan demokratisasi di Indonesia dalam konteks situasi sekarang menjadi desentralisasi kekuasaan kepada sekelompok elite lokal yang juga cenderung korup (Hadiz, 2003). Tirani modal yang kian menggurita juga membuat demokratisasi di Indonesia mengalami distorsi.

Berbagai cacat-cacat yang menghambat terwujudnya praksis demokratisasi di Indonesia tersebut, membawa kita pada persoalan, apakah proses transformasi demokrasi sebagai agenda reformasi benar-benar mengalami kebuntuan.

Posisi dan Peran Mahasiswa dalam Proses Demokrasi di Indonesia Kini

Dalam sejarahnya, mahasiswa melalui pergerakannya telah meneguhkan dirinya sebagai bagian yang tidak pernah terpisah dari perkembangan mutakhir ruang dan waktu dimanapun dan kapanpun ia berada (khususnya dalam proses demokrasi). Mahasiswa selalu mencoba menjadi simbol sebagai bagian tidak terpisahkan dari seluruh upaya penciptaan sistem pemerintahan dan politik yang demokratis seperti yang selama ini dicita-citakan oleh para founding fathers negeri.

Namun, itu semua hanyalah sebagian kecil dari wajah mahasiswa yang realitasnya kini patut kita pertanyakan apa masih tetap berlangsung. apakah mahasiswa masih ajeg dengan idealisme dan kritismenya seperti yang ternaung dalam dokumen-dokumen sejarah perjuangannya? Apakah mereka masih memiliki kemampuan menghadapi gelombang sejarah baru yan gsama sekali berbeda dengan situasi sebelumnya?

Disadari atau tidak, semua fenomena itu sekarang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari cara berfikir, sikap hidup dan perilaku sosial sehari-hari yang dianut oleh para elit politik dan mulai merambah pada masyarakat kebanyakan. Inilah produk dari sistem sosial, politik, dan ekonomi di masa lalu yang tak bisa dielakkan. Maksud luhur untuk membangun tata kehidupan keindonesiaan yang baru, terhenti pada utopia, bila cara berfikir bangsa sudah rusak.

Dari sinilah salah satu letak kesulitan utama bagi gerakan mahasiswa dalam proses mewujudkan demokrasi di Indonesia. idealisme juga mesti diselamatkan dalam bingkai demokrasi dan perjuangan atas nama kepentingan rakyat.

Menurut J. Benda, ia mengungkapkan bahwa posisi mahasiswa dalam proses demokrasi adalah peran idealism yang tak kenal lelah menjunjung tinggi nilai-nilai seperti: kebenaran (la verite), keadilan (la justice) dan pencerahan (la rasion). Karena itu, mudah dipahami bahwa peran-peran idealisme mahasiswa itu akan tetap diakui, sepanjang mereka masih lantang menyuarakan cita-cita ideal bagi tatanan sosial. Dalam konteks ini, idealism dimakanai sebagai proses jangka panjang mahasiswa dalam meretas dirinya secara kontinyu tanpa ada kepentingan yang sempit dan temporal. Apabila mahasiswa sudah tidak lagi mementingkan tertanamnya nilai-nilai ilmu pengetahuan, dan justru mengutamakan kepentingan pribadi maupun praksis lainnya, maka hal itu adalah bentuk pengkhianatan intelektual (la trahison des cleres).

Ke depan, diharapkan peranan mahasiswa dalam proses demokrasi, mampu tampil sebagai organ bangsa yang memiliki kredibilitas dan kualitas mahasiswa yang bisa dibanggakan. Yaitu mahasiswa yang mampu memberikan kontribusi nyata kepada bangsa untuk mewujudkan demokratisasi yang sesungguhnya. Mahasiswa yang memiliki sifat dinamis, kreatif, responsive dan peka terhadap problema-problema kemasyarakatan.

Dua kali aku ikut aksi...

Dua kali aku pernah ikut demo mahasiswa, melakukan aksi turun ke jalan. Yang pertama bersama Organisasi Mahasiswa PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) mengusung isu anti kekerasan yang mengatasnamakan agama. Situasi saat itu, masih panas-panasnya konfrontasi antara FPI dengan sebuah Forum Lintas Agama. Massa FPI menyerang kelompok tersebut, sewaktu mereka tengah melakukan aksi di Monas. Yang kedua, aku ikut bersama teman-teman yang tergabung dalam GAPPI (Gerakan Aksi Peduli Penddikan Indonesia), tepat pada hari pendidikan nasional tanggal 2 Mei 2009.

Dua kali aku pernah ikut demo mahasiswa, melakukan aksi turun ke jalan. Keduanya dilakukan di tengah terik sinar matahari. Panas banget, untungnya hati teman-teman gak ikutan panas.

Dua kali aku pernah ikut demo mahasiswa, melakukan aksi turun ke jalan. Keduanya diikuti dengan jumlah massa yang gak banyak. Masih kuingat, Jumlahnya memang sedikit bila dibandingkan aksi mahasiswa saat menuntut reformasi.

Dua kali aku pernah ikut demo mahasiswa, melakukan aksi turun ke jalan. Keduanya aku nekat tampil ke depan jadi orator. Hehe ternyata bisa juga aku ngomong di depan orang banyak, meskipun yang ku omongkan gak jelas gitu.

Dua kali aku pernah ikut demo mahasiswa, melakukan aksi turun ke jalan. Yang pertama aku mengikutinya dengan antusias dan bersemangat. Yang kedua, aku merasa aku telah kehilangan jiwa aksi itu sendiri. Badanku memang ikut aksi bersama mereka, tetapi jiwaku entah melayang kemana. Seakan ingin aku membenarkan perkataan orang, “Mahasiswa berdemo memperjuangkan rakyat? ini malah membikin macet jalan, membuang sampah sembarangan, mengingatkan masyarakat akan kengerian aksi massa di masa lampau, berteriak lantang seperti mengajak perang”.

Dua kali aku pernah ikut demo mahasiswa, melakukan aksi turun ke jalan. Keduanya bikin capek tapi seru!!!

Syair untuk sahabatku


wahai engkau pendekar bersabuk hijau...
bergeraklah gesit laksana harimau...
teruslah berlatih, dan jangan pernah engkau silau...
berkilau laksanana berlian, dan mewangi seharum daun limau...

apakah gerangan yg membuatmu risau...
apakah gadis berjilbab itu yang membuatmu terpukau...
apakah istimewanya ia bagi engkau...
sehingga kau menjadi silau...

Kamis, 07 Mei 2009

Pencak

seru juga nonton para "pendekar" pencak silat seantero surakarta bertarung. liat mereka mukul, nendang bikin jantung jadi mau copot. apa lagi pas mereka membanting lawan,, ciatttt brukk aduh, wa,, kye sakit bgt tuh,

nah, giliran yg maen cew, aku bayangin, seandainya nanti istriku jago pencak, hehe pas mau malam pertama pemanasannya malah diajak sparring dulu kali ya,, :p

tampil sebagai jawara adalah " para pendekar" dari UNS.

Pencak merupakan salah satu olah raga asli Indonesia. makanya, kita mesti ikut melestarikannya, minimal tau dikit lah,, hehe

Jumat, 01 Mei 2009

Kos ku..

Di Kosku, yang hanya terdapat 7 kamar didalamnya

menganut sistem Sosialis-Demokrat-Terpimpin???

Sosialisme yang menjunjung prinsip sama rasa-sama rata

Demokratis yang menganjurkan semangat kebebasan berpendapat

Otoriter dan Terpimpin.. au ah takut kualat :p

Koalisi

Saat ini para politisi tengah sibuk berkoalisi, mencari ‘pasangan hidup’ untuk 5 tahun ke depan. Proses pencariannya bermacam-macam, ada yang mencoba cara ta’aruf yang memerlukan ‘mak comblang’ sebagai penghubung. Ada pula yang secara terbuka menyatakan maksud hendak ‘meminang’ pasangan yang cocok. Lain lagi cara yang dilakukan partai ‘anu’, yang masih dengan cara jadul menyatakan lamaran mereka lewat surat-menyurat. Bahkan ada juga yang melakukan lamaran yang terlarang, yakni melamar ‘calon’ yang sudah dipinang pelamar lain.

Ya, dalam panggung politik semuanya sah saja dilakukan dan semoga masing-masing mendapatkan pasangan yang cocok, bisa bertahan lama, dan syukur kalau bisa menjadi pasangan yang sakinah mawaddah wa rahmah. amin

Flu Bayi

Di zaman yang sakit ini

Manusia pun latah menjadi gampang sakit

Pertahanan Manusia menjadi lemah

Atau mungkin sedang dialihkan untuk pertahanan yang lain

Si penyakit selalu selangkah lebih maju

Menciptakan senjata termutakhir

Flu burung, flu babi,

Keduanya diawali dengan huruf B

Bisa jadi besok akan muncul flu bebek, flu bunglon, flu buaya…

Dan hewan pun juga ikutan latah sakit

Atau mungkin si penyakit tengah berkoalisi dengan para hewan

Yang bosan akan manuver koalisi para politisi kita

Kemungkinan para hewan sepakat berkoalisi

Setelah mengingat, menimbang, dan melihat

Hutan dibabat, Sungai diracuni

Kulit mereka diburu, untuk dipajang di etalase

Dan koalisi terbaru antara hewan-penyakit

Memunculkan nota kesepakatan baru: FLU BABI

Flu Babi

Flu yang katanya telah menewaskan ratusan orang

kalau diplesetkan, babi itu berarti masih bayi

kemungkinan berarti akan ada flu Dewasa

yang mungkin lebih dahsyat dari sekedar flu babi (bayi)

Tapi itu baru kemungkinan…